Deteksi Panthera pardus melas di Kedungbanteng Jawa Tengah 2004
Oleh: Peduli Karnivor Jawa
Gambar 1: Peta Kawasan Hutan Produksi Kedungbantheng (dari Goodle Maps)
Kawasan Non
Konservasi berupa hutan produksi Perhutani di kecaman Kedungbanteng Jawa
Tengah (Gambar 2), ternyata masih menjadi habitat Panthera pardus melas.
Peduli Karnivor Jawa melakukan survei dalam rangka pendataan distribusi
habitat macan tutul di kawasan non konervasi Juli 2004. Metode pengatan
langsung selama empat hari dengan melakukan penjelajahan ke berbagai
blok kawasan hutan setelah mengumpulkan informasi dari masyarakat lokal
yang mengaku berjumpa dengan macan tutul diberbagai blok hutan tersebut.
Gambar 2. Hutan Kedungbantheng Jawa Tengah
Pak Udin yang
mempunyai profesi sebagai herbalis dengan melakukan pemanenan
empon-empon di kawasan hutan ini mengatakan bahwa kondisi hutan
Kedungbanteng sampai dengan tahun 1997 masih bagus. Ditandai dengan
badan sungai yang mengalir di dalam hutan ini, dulunya mempunyai dasar
sungai yang hampir tidak tersinari oleh matahari, karena naungan kanopi
sangat lebat. Tajuk pepohonan di kanan dan kiri sungai menyatu, sehingga
kelembaban di lantai hutan tinggi, kondisinya teduh dan agak gelap.
Berbeda dengan keadaan setelah ‘penjarahan’ kayu hutan yang terjadi
sekitar tahun 1998 akhir. Kondisi hutan menjadi terang dan panas seperti
pada Gambar 3.
Gambar 3. Dasar sungai tak ternaungi lebatnya kanopi hutan.
Rentang waktu
antara 1999 sampai dengan 2004 (sekitar enam tahun), ternyata masih
menyisakan beberapa spesies karnivor besar. Hal ini terbukti dengan
temuan PKJ berupa jejak macan tutul di badan sungai yang telah mengering
(Gambar 4). Kondisi yang menggembirakan adalah jejak yang ditemukan
berupa tapak kaki induk macan tutul yang diikuti tapak kaki anakannya.
Artinya macan tutul di kawasan hutan Non Konservasi ini masih mengalami
proses regenerasi.
Gambar 4. Jejak tapak kaki induk dan anak macan tutul jawa.
Satwa prey yang
dijumpai adalah babi hutan, kijang, monyet ekor panjang dan musang
(belum bisa dipredeksi populasinya). Selain itu satwa liar lain yang
dijumpai adalah: merak, bekekok (ayam hutan merah), elang ular, tupai
dan anjing liar (bukan ajak). Pada survey ini akhirnya terdeteksi
mengenai keberadaan jenis-jenis spesies yang masih tersisa pasca
penjarahan, walaupun beberapa blok hutan telah dilakukan peremajaan
dengan tanaman jati oleh Perhutani. Kedepan perlu dilakukan usaha
pemantauan populasi spesies mamalia yang masih tersisa di hutan produksi
ini.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Come on Study with me