Nilai Penting Keberadaan Karnivor Besar
Study Kasus di Bukit Pembarisan Jawa Barat
Kucing besar di Jawa meliputi Harimau jawa ( Panthera sondaica javanica) dan Macan tutul ( Panthera pardus melas).
Kedua hewan ini keberadaannya sangat penting disuatu habitat, sebab
berfungsi sebagai pengendali rantai makanan di hutan. Selain itu dapat
untuk mengetahui “sehat atau sakitnya” ekosistem hutan. Jika hamparan
hutan yang masih memiliki kucing besar, berarti masih ‘sehat’
ekosistem-nya.
Nilai penting dan strategis atas suatu ekosistem ‘sehat’ terletak
pada kompleksitas plasma nutfah didalamnya. Keanekaragaman plasma nutfah
merupakan modal ‘kehidupan’ Bangsa, karena kemampuan regenerasi dan
nilai ekonomis senyawa metabolit yang terkandung disetiap elemen plasma
nutfah itu sendiri. Sedari bakteri bersel satu, jamur, cacing, serangga –
hingga mamalia termasuk macan dan dari lumut, tumbuhan paku, anggrek
hingga pepohonan berkayu.
Di Kabupaten Kuningan, Bukit Pembarisan telah diketahui keberadaan
macan tutul-nya (saat ini masih terus dilakukan pendalaman atas
informasi eksistensi harimau jawa) dari hasil Riset PKJ didukung Yayasan
Mukti Mandiri Agustus 2009. Sehingga kawasan ini tergolong sebagai
sebuah ekosistem ‘sehat’. Namun demikian tingkat keterancaman
habitat macan di Pembarisan Kuningan sangat tinggi karena pola manajemen
kawasan dan status kawasan yang belum menjadi Kawasan Konservasi.
Disamping itu eksistensi ribuan plasma nutfah yang dikandung di kawasan
itu belum diakomodir, padahal Bukit Pembarisan merupakan Bentang Lahan
Karst Tropis Basah yang Unik.
Untuk itu diperlukan sistem pendataan terstruktur dan
berkelanjutan, sehingga potensi-potensi yang terkandung didalamnya dapat
diketahui dan dikembangkan sebagai aset guna peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan manusia pada umumnya. Sebagai contoh beberapa rencana
pengembangan yang telah diinisiasi PKJ bersama masyarakat Citapen
Hantara, untuk dikembangkan sebagai pilot project pemanfaatan plasma nutfah secara lestari, adalah:
1. Budidaya dan pengembangan tanaman Garut (Maranta arundinaceae) untuk emping.
2. Budidaya dan pengembangan tanaman obat liar dan empon-empon sebagai bahan herbal.
3. Budidaya dan pengembangan ikan belut.
4. Budidaya bekicot putih.
 Diharapkan,
dengan adanya riset berkelanjutan atas semua potensi yang terkandung di
Bukit Pembarisan maka kesejahteraan masyarakat akan terwujud. Hal
tersebut dimungkinkan karena semakin luas dan berfareasinya peluang usaha alternatif
(berpeluang menyerap lapangan kerja di tingkat desa) seiring dengan
‘terbongkarnya’ potensi-potensi plasma nutfah yang dikandungnya.
Dikemudian hari jika proyek-proyek tersebut telah teraplikasikan, maka
Kuningan akan menjadi Kabupaten Mandiri karena adanya “One Village One Product”.
Sebagai penutup, dari gagasan diatas juga dilengkapi dengan pemikiran memunculkan adanya peluang ekoturisme minat khusus dan berquota
atas keberadaan macan tutul, sebagai peluang pasar yang diharapkan
mampu menyerap produk-produk masyarakat tepi kawasan hutan Bukit
Pembarisan.
(Bahan Presentasi PKJ di Graha Pena Radar Cirebon, 2009)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Come on Study with me